Tuesday, 10 May 2016

MY TRUE ANGEL’S

MY TRUE ANGEL’S

                Mentari mulai menyingsing menyembunyikan sinarnya, berganti Rembulan nan indah dengan taburan bintang diantara langit-langit pekat yang sunyi. Dingin malam pun menusuk jiwa hangat penuh luka. Lentera mulai bersinar terang, diikuti alunan angin yang begitu merdu.
Langit pun dipandangnya dengan penuh amarah, gundah dan gelisah. Gadis cantik yang selalu mengisi hari-harinya ditemani pesona malam tepi jendela rumah besar yang mewah. Ya, dia, Vanyata Dhiruz Lira. Gadis cantik kelahiran 19 tahun silam, berdarah Indo-German. Berparas cantik dengan mata indah berwarna biru laut, kulit putih dengan rambut lurus menjuntai sebahu, ditambah tubuh tinggi semampai. Beautiful girl!
Kring…kring….kring… suara handphone berdering yang memecah lamunan Anya, panggilan akrabnya.
Iya hallo, kenapa sya?
Sya, panggilan akrab Anya untuk teman dekatnya yang bernama Tasya Adinda Putri.
(suara dari kejauhan) anya lo kemana aja sih daritadi ditelfonin gak diangkat-angkat, heran deh!
Iya maaf sya gue baru engeh ada telfon, ya lo taulah jam segini apa rutinitas gue.
Iya kebiasaan aneh lo. Yaudah gue jemput lo setengah jam lagi ya. GPL Anya Cantik.
Oke.
Anya melempar HP-nya yang entah mendarat dimana. Ia langsung bergegas masuk ke dalam surga dunianya, kamar mandi.hiks.
“bi… tolong ambilin wedges kesayangan aku yaa.”, teriaknya dari dalam kamar
Finally, kini Anya telah tampil Cantik dengan balutan jeans putih dan blouse hijau tosca ditambah t-shirt putih yang tersembunyi didalam Blousenya, serta wedges cream yang senada dengan pakaiannya.
(suara bel berbunyi)
“iya sebentar…”, Anya bergegas keluar karna Tasya sudah berada diluar untuk menjemputnya.
“oke gue udah siap. Gak telat kan?”, tanyanya pada Tasya
“gak telat gimana? Liat nih lo telat 5 menit Anya (sambil menunjukan alroji kesayangannya)”, gerutu Tasya
“yaudahlah 5 menit doang. Udah ayo kita jalan, nanti yang ada kita telat kalo dengerin lo ceramah 7 ayat”
Mereka pun masuk kedalam mobil sedan berwarna Putih, dan memacunya dengan kecepatan tinggi. Mobilnya berlalu sangat cepat, memecah keheningan malam bak badai menyisir jalan. Tak butuh waktu lama, kini sedan putih telah terpampang rapih di sebuah cafe dengan kondisi yang tak berpenghuni. Anya dan Tasya telah sampai ditempat tujuannya, café Barbara dilengkapi live music dan lampu gemerlap malam yang menyorot.
“lo ngapain sya ngajak gue kesini?”, dengan nada yang sedikit teriak. Karna dentuman music yang terlalu keras, membuatnya harus menaikkan sedikit nada suaranya agar bisa terdengar.
“hari ini sepupu gue ngadain party buat keberangkatannya ke Ausi lusa untuk lanjutin studynya”
Anya tak terlalu banyak bertanya lagi, ia memilih duduk di meja yang sudah dipesan untuknya dan meninggalkan Tasya yang tengah asik berbincang dengan sepupunya. Waiters pun datang membawa nampan berisi mix latte kesukaan Anya dan menghidangkan tepat didepannya. Mix latte segera di ambilnya, ia menaruh hidungnya ditepi gelas untuk menghirup aromanya sambil memejamkan kedua matanya dengan rilex, karna Anya percaya aroma khas dari Mix Latte dapat membuatnya sedikit lega dan melupakan sebentar akan semua masalahnya. Dengan tenang dan anggun anya menyeruput mix latte hingga tersisa setengah dan meletakkan nya kembali ditempatnya. Matanya menjelajah seisi ruangan, berniat mencari Tasya justru matanya terkunci pada sosok pria berperawakan tinggi tegap. Seketika itu matanya membulat tajam untuk memastikan sosok pria yang menjadi pusat perhatiannya.
“hai Anya”, sapa seseorang dari belakangnya
Suara itu, apa dia? Ya tuhan tidak mungkin (besit hatinya).
Ia pun menoleh perlahan ke arah sumber suara. Sampai kedua matanya bertemu dengan kedua mata sosok pria yang sedari tadi ia perhatikan. “dia?”
“apa kabar? Udah lama ya kita gak ketemu. I miss you so, Anya.”, lanjut pria tersebut.
Anya tidak menjawab dan tidak pula mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya, ia diam mematung penuh sesak di dada.  Ia mengambil tasnya dan segera pergi keluar meninggalkan pria tadi yang penuh tanya akan sikap Anya. Tanpa pamit pada Tasya ia langsung memanggil taxi dan pulang menuju rumahnya. Sesampainya dirumah ia langsung menuju ke kamar dan mengunci rapat-rapat pintu kamarnya.
“aaarrrggghhhhhhhhh…………. Kenapa lo harus balik lagi setelah semua yang udah lo lakuin sama gue? Kenapa?”, teriakannya diiringi tangis yang begitu dalam dan deras mengalir melewati pipi chubby nya. Tangisan yang sedari tadi ia tahan, menyisakan sesak yang teramat dalam membakar jiwa lembut penuh kehangatan.
Flashback on
Dimalam dingin berlatar Taman nan indah, juga percikan air mancur menambah kesan manis yang tak terlupakan dan desiran angin mengalun indah menjadi back song untuk malam penuh kenangan.
“kamu kenapa tiba-tiba ngajakin aku kesini? Ditempat yang romantis gini lagi. Aku penasaran tau”, tanyanya dengan senyum bahagia menghiasi wajah cantiknya.
“ada yang mau aku omongin”, sahut pria dengan nada serius
“aku tau ini berat banget buat kamu dan hubungan kita. Tapi aku harus jujur, aku gak bisa lagi menjalani hubungan sama kamu, besok aku akan berangkat ke Amerika pagi-pagi untuk meneruskan bisnis papa disana. Jadi maaf, mungkin hubungan kita cukup sampai disini. Dan aku harap kamu bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik dari aku”, sambungnya.
Anya yang mendengar semua itu hanya diam terpaku, ia tak sanggup menanggapi semua penjelasan yang diberikan Kiki, laki-laki yang berhasil menguasai separuh hatinya. Hanya air mata yang mampu menjawab semua itu. Dengan sisa tenaga dan air mata yang masih menghiasi wajahnya ia berlalu meninggalkan Kiki yang diam dengan wajah penuh sesal.
Flashback off
Anya merasa luka lamanya dibuka kembali, luka yang meninggalkan amarah dan kekesalan sampai saat ini. Ia tak henti-hentinya menangis dan melemparkan segala sesuatu yang ada didekatnya. Malam ini hatinya hancur berkeping-keping. 2 jam Anya berlaga seperti seseorang yang putus asa tak memiliki arah, hingga akhirnya ia terlelap dalam mata bengap dan amarah yang membekas.
***
                Sang surya mulai menampakkan dirinya, dan cahayanya  mulai menusuk masuk ke dalam pembatas antara alam dengan manusia yang menghasilkan sinar indah penuh warna kehangatan. Burung-burung pun berkicau ditemani  desiran angin yang memanggil dedaunan dipohon untuk menari mengikuti alunan merdu. Tirai besar memantulkan cahaya ke wajah naturalnya, mengganggu senyap tidurnya dalam diam.
(suara ketukan pintu)”non, dipanggil nyonya untuk sarapan bersama dibawah”
“iya bi setengah jam lagi aku keluar, bilang mama”
Anya segera membersihkan dirinya. 45 menit berlalu dan Anya telah siap menjalani rutinitas kampusnya dengan tampilan rapih khas Anya, merapihkan perilakunya untuk kembali normal seperti biasa, serta mencoba melupakan apa yang terjadi semalam. Ia menuruni anak tangga dengan anggun. Berjalan menuju meja makan yang Nampak kedua orang tuanya tengah menunggu dirinya untuk sarapan bersama.
“good morning, mah, pah”
“good morning, dear. Yuk kita sarapan”
Mereka menyantap sarapan bersama sebagai keluarga harmonis. Anya merupakan anak tunggal dikeluarga ini, patut lah ia dimanja dengan berbagai fasilitas mewah dan materi yang mencukupi. Anya bahagia dengan semua ini? Tentu tidak. Anya memang berkecukupan dalam hal materi, tapi tidak untuk kasih sayang dan kehangatan sebagai keluarga. Mengapa? Itu karna kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan urusan kerja mereka masing-masing. Papanya memiliki bisnis property didalam dan luar negeri, sedangkan mamanya memiliki bisnis kecantikan yang telah merambah keseluruh dunia, itu mengapa mama papanya selalu bolak-balik kedalam dan luar negeri untuk mengontrol bisnisnya dengan meninggalkan Anya sendiri dirumah bersama Bi Inah, pembantu yang setia mengabdi pada keluarganya.
“oke mah, pah, aku berangkat kuliah dulu yaa”
“oh iya sayang, mama sama papa mau ke Singapore untuk handle bisnis kami disana. Kamu gak apa-apa kan kita tinggal untuk seminggu kedepan?, Tanya mama nya dengan nada yang hati-hati
“udah biasa kok mah Anya ditinggal sendiri. Lagian ada Bi Inah juga yang nemenin Anya. Yaudah ya Anya pamit”, sambil mencium kedua tangan orangtuanya dan berlalu pergi menghampiri mobil jazz merah kesayangannya.
Sesampainya dikampus ia tak langsung kekelas, ia pergi ke taman belakang tempat biasa ia menenangkan diri. Tubuhnya dihempaskan ke bangku panjang taman, dengan suasana hening dan tenang, ia memejamkan matanya merasakan sunyinya jiwa dalam kicauan burung.
Brrraaaakkkkkk…………………………………
Suara dentuman keras itu membangunkan Anya dari lamunan sunyinya
“EGI??!!”, dengan nada geram.
Egionsyah Slavi, primadona kampus berparas tampan bertubuh atletis, ia teman kecil Anya dan sahabat yang selalu membelanya dari dulu. Dari TK sampai Kuliah mereka tetap 1 sekolah, entahlah mungkin jodoh…..sebagai sahabat mungkin,hiks.
“lo apaan sih kebiasaan banget dateng2 pasti ngagetin, lama-lama gue bisa kena serangan jantung nih gara-gara lo!”, lanjutnya
“hahaaaa… lagian elo ngapain sih disini sendirian kaya jomblo aja tau gak sih sendiri mulu”, jawab Egi
“emang gue jomblo. Gue lagi sedih, Gi”, ekspresi Anya kini berubah menjadi sedih menahan tangis.
“lo kenapa Nya?, Tanya Egi penasaran
“gue ketemu kiki semalem di acara party sepupunya Tasya. Gue kaget kenapa dia ada disana. Gue bingung, kenapa dia harus hadir setelah pergi gitu aja. Tapi yaudahlah gak ada gunanya gue mikirin orang yang jelas-jelas udah nyakitin gue, yang mungkin gak pernah mikirin gue”
“good girl, gitu dong dari dulu. Itu baru Anya Tangguh yang gue kenal. Yaudah daripada gue juga emosi gara-gara tuh cowok udah bikin Panda gue sedih, mending besok lo ikut gue aja. Besok kan katanya kita libur tuh seminggu soalnya kampus kita bakal dipake buat rapat dosen nasional gitu deh. Gimana mau gak?”, ajaknya.
“stop panggil gue Panda dong!(melipat tangannya didepan dada). Yaudah gue ikut aja. Lagian seminggu kedepan ortu gue gak ada dan gue bakal bosen dirumah. Daripada gue galau kan nantinya, terus nanti gue depresi sampe akhirnya gue………… ihh amit-amit deh”, pikirnya.
“ya tuhan si Panda jelek ini lebaynya”, sambil menoyor kepala Anya.
“yaudah besok gue jemput lo jam 6 pagi. Gue juga udah ajak Tasya”, sambung Egi
Mereka pun bercanda riang layaknya sebagai seorang sahabat. Sahabat yang tak biasa. Egi telah menyimpan perasaan cinta dan sayang kepada Anya lebih dari sekedar sahabat sejak lama. Tapi apalah daya kalau ternyata Anya mencintai pria lain yang telah berhasil membuatnya tersenyum dan menjadi alasan Anya pula untuk menangis. Egi tak bisa berbuat banyak, hanya perhatian dan selalu ada untuk Anya. Kebahagian Anya merupakan prioritas nya selama nadi masih berdenyut dan jantung masih berdetak.
“oh my God! Gi, gue udah telat nih, pelajaran pak Dido si guru Killer. Aduh gue gak mau deh berurusan sama dia. Gue duluan yaaa. See you”, ujarnya.
Anya pun berlalu pergi, bayangannya pun kini sudah tak Nampak dipandangan Egi, bayangannya sirna bersama canda tawa. Tersisa Egi disana, ia masih enggan beranjak dan masih terus duduk dengan pandangan kosong penuh makna. Sisi dingin Egi pun mulai tampak, ya karna sejatinya Egi tetaplah Egi yang berhati dingin. Tapi, hanya kepada Anya saja dinginnya Egi mencair menjadi sebuah kehangatan yang dinanti setiap wanita dibelahan dunia manapun.
“kenapa Nya? Kenapa? Kenapa lo gak bisa menoleh sedikit untuk gue? Gue gak terima lo disakitin, gue juga gak terima ada orang lain yang menjadi alasan lo tertawa selain gue. Andaikan lo tau Nya…andaikan.”
***
“ya tuhan Anya…….ternyata dia belum bangun juga. Dasar panda kebo!”, gerutu Egi.
Egi yang kesal melihat Anya yang masih terlelap segera membangunkannya.
“anya bangun cepetan nanti telat nih”,ujarnya dengan mengoyak-oyak tubuh Anya
“uhhmm….. 5 menit again yaa. Ngantuk parah”, jawabnya di balik selimut.
“No! come on Vanyata Dhiruz Lira, Wake up”
Egi pun dengan kesal menarik selimut yang membalut tubuh mungil Anya. Dengan perjuangan yang keras pun akhirnya Anya membuka matanya dan menjelajah seisi ruangan. Ia menemukan sesosok pria dengan wajah muram menatapnya dengan tajam. Dengan sigap Anya langsung berdiri dan mengambil peralatan mandinnya.
“iya ini gue siap-siap. Yaudah sana lo keluar, gue mau mandi”
“mau gue temenin gak Nya?”, Tanya Egi dengan senyum seringai.
“buruan keluar!(melemparkan handuk kearah Egi)”
Egi pun menunggu diruang tengah sambil bermain PS yang ada diruangan tersebut untuk mengusir jenuh karna menunggu Anya. Egi sudah hafal seluk beluk rumah Anya, karna disini Egi sering menghabiskan waktu bermain bersama Anya sejak kecil. Penghuni rumah ini juga sudah mengenal dekat Egi, bahkan Egi sudah dianggap keluarga bagi mereka. Saat tengah asyik bermain tiba-tiba saja Tasya datang dengan deret koper ditangannya.
“eh sya, akhirnya lo dateng juga”
“egi mah tolongin kek udah tau berat. Nanti kuku gue rusak, trs tangan gue jadi kasar gara-gara sering bawa barang berat. Oh no binggow!”
Ya itulah Tasya. Gadis manja yang lebay. Uhm okey mungkin dia bisa dibilang ‘Drama Queen’.
“lagian lo lebay banget sih bawaan segini banyak. Mau pindahan lo?”
Tasya tak menghiraukan pertanyaan Egi, ia tengah sibuk menerawang seisi ruangan. Dan matanya terkunci pada sosok gadis cantik berpakaian simple namun tetap elegant dengan rambut dibiarkan menjuntai menambah cantik penampilannya, ya itu Anya. Anya menggondong tas ranselnya turun ke bawah untuk bertemu dengan 2 orang yang sedaritadi setia menunggunya.
“udah ayo jalan”
Mereka pun masuk kedalam mobil setelah mengemasi barang mereka masing-masing. Egi diposisi Driver, Anya di bangku penumpang samping Egi, dan Tasya dibangku belakang seorang diri. Mobil dilajunya dengan kecepatan standar, memasuki jalan tol dan berkahir di sebuah perkampungan yang masih sangat murni kedaerahannya. Mereka pun keluar dan mengambil barang pribadi masing-masing. Mereka menjelajah sekitar sambil menikmati sejuknya suasana khas pedesaan. Anehnya disini tak banyak penduduk yang berlalu lalang, tampak sepi dan sunyi.
“oke guys, welcome to Kampung Bias”, seru Egi
Perjalanan dipimpin Egi. Melewati hutan lebat, sungai, dan berbagai rumah penduduk. Selama perjalanan mereka jarang menemui warga desa yang beraktivitas, hanya beberapa saja tapi dengan ekspresi wajah yang diam mematung tanpa aliran darah sedikit pun. Perjalanan terasa sangat sunyi dan mencekam, hanya ada mereka bertiga. Langit kini berawan pekat, tanda malam akan tiba. 1 jam perjalanan melewati tebing curam dan bebatuan licin, kini akhirnya mereka sampai disebuah villa dalam hutan yang terlihat megah dengan 3 kamar besar yang berisi masing-masing kamar mandi didalamnya, ruang depan yang dilengkapi tv, ruang makan yang menyatu dengan dapur ditambah mini bar, dan halaman belakang yang luas. Villa yang Nampak biasa seperti villa pada umumnya, hanya saja suasana didalam lebih dingin dan sangat sunyi.
“oke kita udah sampai. Anya sama Tasya kalian satu kamar aja ya, kamar kalian ada dipojok kanan atas dan kamar gue ada disamping kamar kalian, biar gampang kalau kalian butuh sesuatu….”, egi menjelaskan setiap detail rumah layaknya penjaga villa. Saat tengah menjelaskan tiba-tiba…….
“permisi, ada yang bisa saya bantu?”, dengan suara serak.
“aaaaaaaaaaaaaa………….. hantu!!!!!!!!!!!!!!”, teriak tasya yang langsung mengumpat dibelakang Anya
“hust, sembarangan lo sya. Mana ada hantu, ini tuh mang diman penjaga villa ini sekaligus yang akan melayani kita selama kita berada disini. Lagian si mamang dateng2 ngagetin aja, dateng darimana sih mang ko saya gak tau ya?”, Tanya egi
“maafkan saya den, non. Saya datang dari pintu belakang. Kalau begitu saya permisi, kalau aden dan non non semua butuh sesuatu bisa panggil saya. Kamar saya ada dibelakang”
Mang diman pergi berlalu dengan tatapan mata tajam yang langsung mengharah ke-3 sekawan ini. Tasya yang melihatnya pun merasa takut akan sosok mang diman yang misterius. Tak terlalu menghawatirkan, ke-3 sekawan ini masuk ke kamarnya masing-masing untuk membersihkan diri. Tasya langsung masuk kekamar mandi untuk berbenah diri, sementara Anya sedang sibuk menaruh barang-barangnya ke dalam lemari besar yang sudah disediakan.
Kreekkkkk…(suara jendela terbuka). Dengan terkejut Anya menoleh kearah jendela, dan dari kejauhan ia melihat sesosok wanita berpakaian seperti Noni Belanda melambai ke arahnya dengan senyum yang mengerikan. Jantung Anya berirama tak beraturan, keringatnya pun mengalir deras melewati wajahnya, dan seketika raut wajahnya memutih pucat bak zombie. Ia terus diam mematung, seperti terhipnotis, jangankan untuk bergerak, mengedipkan mata pun ia tak mampu.
“anya…..”
Sapaan itu membuatnya tersadar, ia langsung menoleh kearah sumber suara. Ternyata Tasya. Ia langsung memeluk Tasya penuh riang “untung ada lo sya”(besit batinnya).Anya tak menjelaskan apapun,  jika ia menjelaskan apa yang Ia lihat pasti Tasya akan menangis ketakutan dan minta pulang saat itu juga, karna ia tahu kalau Tasya sangat penakut. Ia simpan Rahasia itu bersama angin malam yang berhembus menusuk setiap rusuk jiwa takutnya. Anya memejamkan mata sampai ia bisa tidur terlelap dengan tenang.
***
                Kini malam mencekam berganti dengan Pagi yang indah. Anya tengah berada di dapur menyiapkan sarapan untuk kedua temannya yang masih asik terlelap dengan pulau kapuknya masing-masing. Ditemani music Pop kesukaannya, ia mulai memasak dengan riang, sesekali nada lagu keluar dari mulutnya ditambah tarian riang yang menyelingi gerakan masaknya. Sangat lihai dan begitu lihai Anya memasak. Tanpa sadar ternyata sedaritadi sebuah tatapan mata memperhatikan setiap gerak-gerik Anya didapur, dengan senyum tipis terlihat diwajah tampannya.  “hmm”, dehaman itu membuat Anya terkejut dan segera menoleh. Rona Malu pun terpampang di wajah cantiknya.
“oh ternyata aroma masakan dari si Panda jelek yang udah membangunkan tidur gue?”, menyunggingkan senyumannya.
“apa deh bikin kaget aja, kebiasaan!”, gerutunya
“gue bantuin ya?”, Tanya egi
Anya hanya mengangguk pelan. Mereka pun memasak bersama diselingi dengan canda tawa diantara mereka, dan itu semua menambah manis suasana. Tak terasa masakan mereka pun telah siap disajikan dan kini mereka sibuk menata meja makan. Hanya beberapa menit saja mereka menyulap meja makan yang kosong sekarang dipenuhi aneka hidangan lezat menggoda.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………………………………….
“TASYA??!!!”, Mereka pun berlari dengan cepat ke atas dan langsung mencari keberadaan Tasya. Dengan panik pun mereka mencari dan terus mencari darimana asal suara itu. Ternyata suara teriakan itu berasal dari kamar mandi Anya dan Tasya. Karena takut terjadi sesuatu buruk dengan Tasya, akhirnya Egi mendobrak pintu kamar mandi dan berhasil membukanya, saat dibuka ia menemukan Tasya yang sedang menangis di atas Wastafel.
“sya lo kenapa? Sini turun”, Tanya Anya sambil meraih tangan Tasya.
“gak mau Nya, gue takut!!! Itu lo liat, di kamar mandi ini ada Kecoanya, ada dibawah tuh Nya gue takut gak mau turun!!”, rengek Tasya
“ASTAGA TASYA!!! Lo bikin panik kita berdua ternyata Cuma gara-gara Kecoa? Oh shit! Anya lo urus temen lo dan gue tunggu dibawah, kita sarapan, karna sebentar lagi kita akan keluar”
Egi pun keluar dengan kesal karna perlakuan Lebay Tasya yang sudah membuat geger seisi rumah. Anya pun menunggu Tasya yang tengah bersiap-siap, dan tak berapa lama pun Anya turun ke meja makan menghampiri Egi bersama Tasya disampingnya. Mereka duduk di posisi masing-masing dan melakukan sarapan bersama tanpa suara apapun yang keluar dari mulut mereka, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Setelah sarapan selesai Egi dan Tasya menuju ruang tengah, sementara Anya membereskan sisa sarapan tadi dan membawanya ke dapur. Anya menata peralatan makan yang telah dibersihkan dengan rapih ditempatnya. Seketika suasana dingin terasa, angin pun menyentuh tubuh Anya dan membuat bulu kuduknya berdiri terasa merinding. Sepasang mata seperti memperhatikannya dari kejauhan, memperhatikan setiap gerak gerik Anya dan itu cukup membuat Anya ketakutan sekaligus risih. Setelah ia rasa semuanya sudah selesai, Anya menghampiri kedua temannya diruang tengah. Saat sudah hampir 2 jam mereka berbincang, mereka pun bergegas keluar menuju air terjun yang ada ditengah hutan untuk mengisi hari-hari mereka selama 3 hari 2 malam disini. Hanya butuh beberapa menit dengan berjalan kaki untuk sampai di air terjun ini, karena letaknya tak cukup jauh dari kediaman mereka. Saat sampai, mereka disambut dengan panorama alam yang menakjubkan. Air terjun yang tidak terlalu tinggi dengan mata air yang jernih berwarna kehijauan akibat pantulan Sinar matahari, ditambah bebatuan besar, dan suara kicauan burung sebagai pemanis. Sungguh ciptaan Tuhan yang Luar biasa. Tasya sibuk mengabadikan setiap moment dan keindahan yang ada disekitarnya, sementara Anya dan Egi hanya duduk diatas Batu besar sambil menikmati pemandangan indah.
“thx ya, Gi.”, senyum tipis terlukis dari wajahnya.
Kedua mata mereka saling bertemu dan mengunci tatapan seolah tak ingin melepasnya. Deg ‘kenapa nyaman banget Gi ngeliat lo? Apa jangan-jangan... ah mana mungkin jangan mimpi Anya (batin Anya)’
“Jangan lebay kayak Tasya deh”
“aishh, nyebelin. Dibilang makasih doang juga malah ngeledek”, memanyunkan bibirnya
“bisa gue kuncir tuh bibir lo,haha. Lagian buat apa lo makasih sama gue? Ini udah seharusnya gue lakuin, kebahagian lo yang terpenting buat gue. Gue gak mau tuh liat lo galauin hal yang jelas-jelas gak pernah ngasih kebahagian sejati buat lo. Dengan lo terlalu melihat dia yang menyakiti lo, lo sampai lupa kalau ada seseorang yang bersusah payah membuat lo tersenyum dengan berbagai pengorbanan tulusnya”
“siapa?”, Tanya Anya
“ha? Uhm bukan siapa-siapa. Itu Cuma perumpamaan aja kok”, sambil memalingkan wajahnhya.
“I know it. Lo bohong kan?”, mengarahkan pandangannya dengan lekat ke Egi
“apaan sih lo, jangan jadi drama deh kaya Tasya. Eh iya, btw soal Tasya, mana tuh anak ya? Kok gue gak liat?”, menjelajahkan matanya kesekitar.
“eh iya Tasya mana? Ayo Gi cari, gue takut dia nyasar. Dia kan bukan penghafal jalan yang baik”, seru Anya. Saat mereka hendak pergi tiba-tiba saja………..
ANYA, EGI, TOLONG!!!!!!!!!!
Dengan cepat Egi dan Anya berlari kea rah sumber suara yang terdengar seperti Tasya. Dari kejauhan ia melihat seorang gadis yang diseret paksa oleh sesosok berjubah hitam yang membawa pisau ditangan kanannya. Anya pun meneliti dan ternyata itu Tasya. Dengan takut Anya dan Egi mengejar Tasya yang entah dibawa kemana oleh sosok berjubah hitam itu. Sekuat tenaga telah ia keluarkan namun hasilnya Nihil, ia kehilangan jejak Tasya. Mentari pun mulai memudarkan cahayanya, berganti rembulan yang menyapa. Tasya belum juga ditemukan, hari pun semakin gelap dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali ke Villa sambil memikirkan cara untuk menemukan Tasya. Disepanjang perjalanan sampai kembali ke Villa Anya terus menangis dan berdoa untuk keselamatan Tasya, melihat hal itu membuat Egi bingung dan tak kuasa melihat gadis yang ia cintai berada dalam posisi yang sangat amat terpuruk. Egi memeluk Anya dengan erat, berharap Anya bisa sedikit tenang dipelukannya. Setelah Egi rasa Anya sudah cukup tenang ia meninggalkan Anya sebentar untuk mengambil air untuk Anya.
PERGI!! LO SIAPA? JANGAN GANGGU GUE. BALIKIN TASYA! PERGI!!!(sambill menangis tersedu-sedu)
Egi yang mendengar itu langsung berlari keruang tengah, dan disana ia menemukan Anya berlinang air mata tengah duduk memeluk lututnya dengan erat. Egi mendekap Anya dan memangku wajah mungil Anya di dada bidang miliknya. Saat tengah menenangkan Anya seketika ia merasakan punggungnya dihantam benda keras, ia pun jatuh tak berdaya dihadapan Anya. Tubuhnya ditarik menjauh entah kemana. Anya yang melihat Egi ditarik sosok Jubah hitam hanya bisa teriak berharap ada yang menolongnya, ia tak berdaya, takut sekaligus bercampur amarah. Anya segera berlari ke kamar Mang Diman dibelakang Villa, sesampainya disana ia tak menemukan siapapun, kamarnya kosong tanpa penghuni. “apa jangan-jangan semua ini perbuatan mang Diman? Kenapa dia tega? Apa salah kita?”(Tanya batinnya).
Anya pun berusaha keluar dari villa menyelamatkan diri dan mencari bantuan untuk menolong ia dan teman-temannya. Tangga disusurinya dengan cepat mengalahi kilat. Langkahnya terhenti ketika melihat sesosok wanita berpakaian desa pribumi dengan wajah penuh darah segar dan bau amis yang menyengat. Anya pun gemetar dan ketakutan menahan tangis. Tanpa fikir panjang ia memutar haluannya. Bukannya jalan keluar yang ia dapat, ia malah melihat sosok jubah hitam mengerikan dengan pisau besar ditangan kanannya yang berusaha menghampirinya. Dengan cepat Anya berlari kehalaman belakang hingga ia terpojok, jalannya buntu, sementara si jubah hitam sekarang hampir dekat dengannya, semakin dekat, begitu dekat, sangat dekat, dan tak ada jarak lagi diantara mereka. Anya hanya bisa menangis, menutup mata dan tersungkur dibawah seraya berdoa akan keajaiban untuknya.
“gue mohon sama lo pergi jangan sakitin gue. Balikin temen-temen gue, kalo emang kita punya salah tolong maafin, jangan sakitin kita. Gue mohon, siapapun elo! Pergi dari sini”, sambil menangis terisak-isak.
SURPRISE!! Happy birthday Anya, happy birthday Anya, happy birthday happy birthday, happy birthday Anya………………..
Anya pun membuka matanya perlahan seraya berdiri membenarkan posisi. Terkejut bukan main, kini dihadapannya banyak orang-orang terdekatnya. Ada mama papanya, ada juga mamanya Egi, Tasya dengan setumpuk kado, Egi dengan Kue berhias lilin, dan teman-teman lainnya dengan balon berwarna putih ditangan mereka. “what? Apa maksudnya?”, Tanya Anya dalam batinnya.
“pasti lo bingung kan Nya kenapa semua begini. Jadi ini rencana si Egi untuk ulang tahun lo. Dia minta orang tua lo untuk pura-pura pergi keluar negeri, dan dia ngajak lo kesini deh”, jelas Tasya
“jubah hitam misterius itu? Wanita Pribumi?”, Tanya bingung Anya
“maksud lo mereka (sambil menunjuk kea rah keduanya). Gak itu Cuma akal-akalan gue doang, biar lebih drama. Acting mereka keren kan sampe buat lo nangis gini?”, ledek Egi
“ih dasar lo ya emang nyebelin gak pernah berubah.”
Egi meletakkan kue yang dibawanya diatas meja, ia berlutut dan meraih tangan Anya.
“gue tau lo Cuma anggep gue sahabat lo. Tapi yang harus lo tau Nya, gue sayang tulus sama lo, ya gue tau mungkin gue gak bisa jadi yang terbaik or jadi yang the only one buat lo. Mungkin lo trauma untuk membuka hati karna luka lama yang udah terlanjur membekas, tapi gue bertekad untuk menjadi obat untuk luka lo itu dan memberikan kebahagian sama lo, walaupun nantinya akan ada masalah diantara kita, sebisa mungkin akan gue perbaiki. Itu semua gak merubah sedikit pun perasaan gue ke elo dari dulu sampe sekarang. Gue disini, masih dengan perasaan yang sama dan dengan orang yang sama pula. Gue gak berharap untuk jadi pacar lo, dengan lo kasih kesempatan buat gue itu udah cukup”
Anya diam, ia hanya bisa menitikan air mata mendengar kesungguhan hati dari seorang pria yang selama ini dikenalnya sangat dingin.
“lo jangan nangis Nya, gue gak tega walaupun itu air mata kebahagian (mengusap air matanya)”, sambung Egi
“gue mau Gi, gue mau jadi bagian terpenting untuk hidup lo”
YEEEAAAAYYYYYYY! (Seru seluruh orang disana)
Egi tak berkata banyak. Wajah bahagia mewakili jawabannya. Akhirnya selama ini apa yang menjadi keinginannya terwujud. Dia merasa menjadi the luckiest boy. Mereka hanya melemparkan senyum manis satu sama lain. Bahagia bukan main, malam dingin penuh kasih.
“ngomong-ngomong nih, mang Diman kemana ya? Daritadi pagi gue gak liat”, Tanya Tasya
“mang diman siapa yang kamu maksut?”, Tanya tante Ara, Mama Egi.
“itu loh mah penjaga villa ini. Bapak-bapak setengah baya itu”, jawab Egi
“iya mama tahu, dulu memang ada penjaga villa ini bernama mang Diman, tapi beliau sudah meninggal 2th silam karena sakit. Dan sekarang villa ini belum ada penjaganya”, jelas mama Egi
“jadi yang kita temuin waktu itu siapa?”, Tanya ke-3 sekawan dengan tatapan saling bertanya.
“ini bukan salah satu settingan kamu kan Gi?”, Tanya curiga Anya
“kali ini bukan aku, aku juga gak tau soal mang Diman ini”
Semua orang masuk ke dalam villa untuk menikmati santapan yang telah disediakan sambil mendendangkan suara musik layaknya pesta pada biasanya. Sementara itu, Tasya, Anya dan Egi masih berada di halaman belakang. Mereka masih bertanya-tanya, siapa gerangan mang diman yang mereka temui itu. Seketika seliran angin menyapa lembut kulit mereka. Senyap malam mencekam membuat aliran darah mereka mengalir deras, jantung mereka berdetak tak menentu, lolongan serigala menjadi pelengkap ketakutan mereka.
“permisi, ada yang bisa saya bantu?”
Dengan kompak mereka menoleh ke sumber suara, dan ternyata……….
MANG DIMAN????!!!!
TAMAT
TUGAS LITERASI
NAMA  : ___________________________________    HARI/TANGGAL :__________________________
KELAS   :___________________________________     MATERI               :  CERPEN
Jawabalah pertanyaan di bawah ini berdasarkan isi cerpen  yang telah anda baca !
1.       Sebutkan latar suasana, tempat dan waktu dalam cerpen tersebut! (sebutkan 2 )
2.       Alur apakah yang digunakan dalam cerpen yang berjudul “My True Angels”?
3.       Bagaimankah watak dari tokoh Vanyata Dhiruz Lira dan Egionsyah Slavi?
4.       Apakah tema yang digunakan dalam cerpen?
5.       Sebutkan amanat yang terdapat dalam cerpen ?

Jawaban 

No comments: